viernes, 16 de marzo de 2018

KKN di Gunung Kidul (True Story) - Prolog


KKN di Gunung Kidul (True Story) - Prolog
Story by Danu Rachman
“kek, aku mau pamit pergi ke gunung kidul bersama teman-teman besok.. kami mau ke mangunan lalu lanjut kepantai” pintaku kepada kakek untuk meminta izin.
arep lewat ngendi mronone le (mau lewat mana kesananya, nak)?” balas kakekku serius, tampak sekali raut khawatir diwajahnya.
Kujawab pelan “lewat jalur imogiri, jalan Wonosari lagi rame banget soalnya kek” — kakekku mengusap keningnya dengan perasaan gelisah.
mbok ra usah mangkat wae to le (kalau tidak berangkat saja gimana, nak)?” ungkapnya pelan dengan perasaan tak rela jika aku pergi bersama teman-temanku besok.
Ada hal yang kakek sembunyikan dariku. Dan aku tahu perangai gelisah yang tiba-tiba muncul padanya seolah mengatakan bahwa ada sebuah alasan dibalik larangan yang dilontarkan padaku waktu itu. Aku diliputi rasa penasaran, sampai akhirnya aku tanya “mengapa?” kepadanya waktu itu.
Panggil saja aku Andra – Kali ini akan kuceritakan satu kisah yang dulu pernah dialami oleh almarhum kakekku, Prof. Kasto, salah satu dosen kehormatan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Ini adalah cerita seram yang dialaminya sepulang dari mengemban tugas sebagai dosen pembimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Gunung Kidul.
Tahun 1989, bukanlah masa dimana hingar bingar kota Yogyakarta sudah terlampau berlebihan seperti sekarang. Bahkan kota Yogyakarta yang menyandang kota tak pernah tidur di masa sekarang ini hanyalah kota tidak terlalu ramai, tetapi memiliki rengkuh damai pada tahun 1989 itu. Namun, nama kota pelajar tetap menjadikan kota gudeg ini sebagai kota para akademisi bergulat dengan ilmu pengetahuan.
Dan yang pasti, satu momentum penting dalam masa perkuliahan adalah kegiatan yang disebut Kuliah Kerja Nyata (KKN). Aktifitas ini mengharuskan para anak didik dibangku kuliah untuk membaur dengan kehidupan sosial masyarakat. Belajar hidup dalam dunia kerja yang riil demi kemaslahatan umat.
Professor Kasto, itu sebutan atau panggilan yang akrab dilayangkan oleh mahasiswa didik kakekku. Beliau tampak sibuk mempersiapkan beberapa lembaran laporan berisi checklist beserta catatan nilai. Disampingnya ada satu tas berukuran sedang yang berisi beberapa kebutuhan makanan dan minuman. Kakekku hendak berangkat mengawas dan mengkontrol anak didiknya yang sedang melakukan tugas KKN di daerah Gunung Kidul.
Bagi kalian yang suka berpetualang atau mengunjungi hutan pinus serta pantai-pantai tersohor di Gunung Kidul Yogyakarta dengan menempuh jalur alternatif (Selain jalur utama di jalan Wonosari), maka mungkin kalian tahu persis daerah seperti apa ini. Daerah yang jauh dari hiruk pikuk kota Yogyakarta.
Kalian mungkin saja juga tahu bagaimana situasi medan dan jalan yang ada disana sekarang. Akses jalan masuk yang cukup curam, infrastuktur penerangan yang kurang memadai diantara perkampungan kecil yang bergumul diantara bebukitan terjal. Namun jangan salah sangka. Aku tidak berbicara tentang masa sekarang atau bagaimana keadaan jalan kearah hutan pinus maupun pantai tersebut di tahun 2017 masa kini. Aku bercerita tentang daerah yang sama ditahun 1989, yang sudah pasti memiliki keadaan yang jauh lebih buruk dari yang telah aku ceritakan diatas. Tahun dimana cerita seram itu terjadi.

Bersambung ...

No hay comentarios:

Publicar un comentario

Bertemu dengan Hantu (True Story) Part 15

Berteman dengan Hantu (True Story) Part 15 - PERTEMUAN PERTAMA DALAM 66 TAHUN by : Sinyoreborn Ane telah menceritaken semua ke Noni Van De W...